BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Organisasi merupakan sekumpulan orang yang terstruktur yang memiliki dan menjalankan tugas untuk mencapai suatu tujuan tertentu ,yang sama. Dalam masyarakat kita sendiri kita menghargai organisasi yang baik.Kebanyakan orang senang berorganisasi namun adapula yang tidak suka dengan hal yang mengikat ini.Meskipun budaya kita cenderung menekankan individualisme,kita juga mementingkan aktivitas terkoordinasi yang menghasilkan sesuatu yang istimewa.Sebenarnya kita sering mendengar orang berbicara,”kami memiliki tim” atau “kami mempunyai organisasi untuk melaksanakan hal itu’.Selain menguasai bahasa yang menekankan “pengorganisasian” (organizing),kebanyakan kita menjadi orang berbagai organisasi,Kita berusaha menjadi anggota organisasi terbaik dan kita mengharapkan manfaat tertentu atas keikutsertaan kita dalam kita dalam kegitan yang terorganisasi.
Dalam proses pencapaian suatu organisasi yang baik maka diperlukan suatu hal yang pada dasarnya sederhana namun sangatlah vital yakni komunikasi yakni proses penyampaian pesan yang berupa informasi dari komunikator kepada komunikan.Maka dari itu timbullah komunikasi organisasi yang bermakna sebagai proses penyampaian pesan diantara sistim-sistim dalam organisasi.Dalam sebuah komunikasi organisasi sendiri terdapat banyak hal yang menjadi bagian dalam pendukung baik atau tidaknya sebuah organisasi beberapa diantaranya yakni Motivasi,iklim komunikasi organisasi,aliran komunikasi dalam organisasi,teknologi informasi dalam organisasi,tim dan kelompok,konflik dalam komunikasi organisasi,perubahan individu dan system,dan lain sebagianya.Dan hal yang sangat penting untuk mewujudkan segalanya agar tekomunikasikan dan terorganisasi dengan baik dan merata ialah adanya seorang pemimpin yang mampu membawa organisasi yang dipimpinnya menjadi lebih baik dan sukses.
Dalam suatu organisasi kita memerlukan suatu karakter pemimpin yang patut memberi contoh bagi bawahannya untuk memberikan motivasi,mengeluarkan keputusan yang arif,mengusahakan segala yang baik untuk seluruh anggota organisasi demi menunjang kinerja suatu organisasi,menengahi konflik,menciptakan perubahan-perubahan yang semakin baik untuk organisasinya,dan sebagainya.Oleh karena betapa peliknya tugas seorang pemimpin yang baik maka ia bukan hanya harus mempertanggung jawabkan apa yang ia kerjakan kepada khalayak namun juga kepada Allah SWT.Dalam akidah Islam sendiri telah diajarkan bagaimana sebaiknya menjadi seorang pemimpin atau penguasa yang tidak hanya berhasil didunia namun juga akhirat.
Oleh karena hal ini kami akan membahas mengenai bagaimana menjadi pemimpinan yang berhasil dalam komunikasi organisasi dan juga dimata Islam.
- Rumusan Masalah
Bertitik tolak pada latar belakang masalah diatas.Maka permasalahan yang timbul adalah sbagai berikut :
A. Apakah pengertian kepemimpinan,tujuan serta tugas seorang pemimpin dalam?
B. Apakah fungsi kepemimpinan?
C. Apakah kharakteristik pemimpin yang berwibawa?
- Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yakni untuk menambah pengetahuan mengenai bagaimana menjadi pemimpin yang berhasil dalam komunikasi organisasi namun tetap berjalan pada ketentuan agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan kepemimpinan Dan Tugas pemimpin
Dalam komunikasi organisasi tujuan kepemimpinan adalah membantu orang untuk menegakkan kembali, mempertahankan dan meningkatkna motivasi mereka,atau dalam Islam Pemimpin adalah orang yang ditugasi atau diberi amanah untuk mengurusi permasalahan ummat, baik dalam lingkup jamaah (kelompok) maupun sampai kepada urusan pemerintahan, serta memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat dengan memberikan perhatian yang lebih dalam upaya mensejahterakan ummatnya, bukan sebaliknya, mempergunakan kekuasaan dan jabatan untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada, baik SDM maupun SDA, hanya untuk pemuasan kepentingan pribadi (ananiyah) dan kaum kerabatnya atau kelompoknya (ashobiyah).
Dituturkan dari ‘Aisyah r.a (yang) berkata,
“ Saya mendengar Rasulullah Saw.bersabda di rumahku ini,”Ya Allah,barang siapa yang diberi kekuasan untuk mengusrusi suatu urusan umatku,dan kemudian ia mempersulit mereka,maka sulitkanlah baginya.dan barang siapa yang diberi kekuasaan untuk mengurusi sesuatu dari urusan umatku,dan kemudian dia mempermudah mereka,maka mudahkanlah baginya.”
(Muslim)
B. Fungsi kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok/oreganisasinya.
Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya.
Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi sebagai berikut :
1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.
Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah :
a. Fungsi Instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya pada orang-orang yang dipimpinnya.
Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannya menjadi instruksi/perintah. Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan. Oleh karena itu sejalan dengan pengertian kepemimpinan, intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkan. Dan untuk mewujudkan kelancaran kerja adakalanya orang-orang yang dipimpin melaksanakannya apabila dirasa baik bagi organisasi.
Dituturkan dari Abu Hurairah r.a (yang) berkata (bahwasanya) Rasulullah Saw.bersabda,
“kalian harus senantiasa mendengar dan taat kepada pemimpin kalian,baik dalam hal yang menyulitkan,memudahkan,menyenangkan,dan menjemukan kalian serta meski dia tidak memedulikan kalian”
(Muslim)
b. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini berlansung dan bersifat komunikasi dua arah , meliputi pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pimpinan. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukan secara terbatas hanya dengan orang-orang tertentu saja, yang dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan.
Dituturkan dari A’isyah r.a (yang) berkata (bahwasanya) Rasulullah Saw.bersabda,
“Manakala Allah menghendaki kebajikan kepada seorang penguasa,maka Allah menjadikan baginya menteri (pembantu) yang jujur.Manakala penguasa itu lupa maka ia akan mengingatkannya dan manakala Allah tidak menghendaki yang demikian itu,maka Allah menjadikan baginya menteri (pembantu) yang jahat.Manakala penguasa itu lupa,maka dia tidak mau mengingatkannya dan manakala penguasa itu sadar maka dia tidak mau membantunya”
(Abu Dawud)
Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa impan balik (feed Back) yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlansung efektif. Fungsi konsultatif ini mengharuskan pimpinan belajar menjadi pendengar yang baik, yang biasanya tidak mudah melaksanakannya, mengingat pemimpin lebih banyak menjalankan peranan sebagai pihak yang didengarkan. Untuk itu pemimpin harus meyakinkan dirinya bahwa dari siapa pun juga selalu mungkin diperoleh gagasan, aspirasi, saran yang konstruktif bagi pengembangan kepemimpinanya.
c. Fungsi Partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan sesama orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
Fungsi partisipasi hanya akan terwujud jika pemimpin mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat, gagasan dan pandangan dalam memecahkan masalah-masalah, yang bagi pimpinan akan dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan-keputusan.sehubungan dengan itu musyawarah menjadi penting, baik yang dilakukan melalui rapat-rapat mapun saling mengunjungi pada setiap kesempatan yang ada.musyawarah sebagai kesempatan berpartisipasi, harus dilanjutkan berupa partisipasi dalam berbagai kegiatan melaksanakan program organisasi.
d. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan limpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasi dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan, pemimpin harus bersedia dapat mempercayai orang-orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila diberi pelimpahan wewenang. Sedang penerima delegasi harus mampu memelihara kepercayaan itu, dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.
Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan perkembangan kelompoknya tidak mungkin diwujudkannya sendiri. Pemimpin seorang diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama sekali. Oleh karena itu sebagian wewenangnya perlu didelegasikan pada para pembantunya, agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
e. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian merupakan fungsi kontrol. Fungsi ini cenderung bersifat satu arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi secara dua arah. Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota kelompok/organisasinya.
C. Tipe tipe kepemimpinan
Tipe-tipe Kepemimpinan :
1. Tipe Otokratik
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalambentuk :
· kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalamorganisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka
· pengutmaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
· Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Dituturkan dari ’Aidz bin ’Amr r.a bahwa (suatu saat) dia mendatangi ’Ubaidillah bin Ziyad dan berkata,
”Wahai anakku,sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw.Bersabda,”Sungguh pemimpin yang paling jahat adalah pemimpin yang zalim.karena itu,jangan sampai engkau termasuk golongan mereka”
(Al-Bukhari dan Muslim)
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
· menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
· dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
· bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
· menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris.Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat.Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru.Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
3. Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik.Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar.Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
4. Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasiakan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.
“Tiada seorang penguasa yang menguasai pelbagai urusan kaum muslim,kemudian dia tidak memberi nasihat kepada mereka,melainkan dia tidak akan masuk surga bersama mereka”
(Muslim)
Karakteristik dan gaya kepemimpinan tipe ini adalah :
· pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif
· pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya langsung.
· Status quo organisasional tidak terganggu
· Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindah yang inovatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.
· Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalamorganisasi berada pada tingkat yang minimum.
4. Tipe Demokratik
Dituturkan dari ’Abdullah bin ’Amr bin Al-’Ash r.a (yang) berkata (bahwasanya) Rasulullah.bersabda,
”Sungguh,oramg-orang yang berlaku adil kelak di sisi Allah berada diatas mimbar dari cahaya.Mereka adalah orang-orang yang melaksanakan keadilan dalam memberikan hukuman kepada keluarga mereka dan rakyat yang mereka perintah”
(Muslim)
· Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
· Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
· Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
· Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia
· Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.
D. Kewibawaan pemimpin
Beberapa ahli menyebutkan 5 sumber kewibawaan, yaitu:
1. Coersive power (kewibawaan karena mampu memaksa)
2. Reward power (kewibawaan karena mampu memberi imbalan)
3. Legitimate power (kewibawaan karena wewenang formal)
4. Referent power (kewibawaan karena pengaruh hubungan dalam kelompok)
5. Expert power (kewibawaan karena keahlian)
Sedangkan kriteria pemimpin yang berwibawa dalam Islam sendiri yakni harus memiliki :
1. Faktor Keulamaan
2. Faktor Intelektual (Kecerdasan)
3. Faktor Kepeloporan
4. Faktor Keteladanan
5. Faktor Manajerial (Management)
BAB III
KESIMPULAN
Kepemimpinan yang efektif akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok/oreganisasinya.
Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya.
Rasulullah SAW merupakan uswatun hasanah atau suri tauladan yang baik bagi umatnya. Beliau banyak memberikan contoh-contoh dalam hadistnya sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana. Menjadi pemimpin yang adil dalam sebuah organisasi memang tidak mudah, namun apabila mengikuti sunnah rasul melalui hadistnya kita akan dibimbing dalam petunjuknya menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana. Baik dalam sebuah organisasi besar ataupun yang terkecil seperti keluarga membutuhkan manajemen dan kepemimpinan yang adil dalam setiap pemberian keputusan.