Rabu, 18 Mei 2011

hadist dalam komunikasi organisasi

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

            Organisasi merupakan sekumpulan orang yang terstruktur yang memiliki dan menjalankan tugas untuk mencapai suatu tujuan tertentu ,yang sama. Dalam masyarakat kita sendiri kita menghargai organisasi yang baik.Kebanyakan orang senang berorganisasi namun adapula yang tidak suka dengan hal yang mengikat ini.Meskipun budaya kita cenderung menekankan individualisme,kita juga mementingkan aktivitas terkoordinasi yang menghasilkan sesuatu yang istimewa.Sebenarnya kita sering mendengar orang berbicara,”kami memiliki tim” atau “kami mempunyai organisasi untuk melaksanakan hal itu’.Selain menguasai bahasa yang menekankan “pengorganisasian” (organizing),kebanyakan kita menjadi orang berbagai organisasi,Kita berusaha menjadi anggota organisasi terbaik dan kita mengharapkan manfaat tertentu atas keikutsertaan kita dalam kita dalam kegitan yang terorganisasi.
            Dalam proses pencapaian suatu organisasi yang baik maka diperlukan suatu hal yang pada dasarnya sederhana namun sangatlah vital yakni komunikasi yakni proses penyampaian pesan yang berupa informasi dari komunikator kepada komunikan.Maka dari itu timbullah komunikasi organisasi yang bermakna sebagai proses penyampaian pesan diantara sistim-sistim dalam organisasi.Dalam sebuah komunikasi organisasi sendiri terdapat banyak hal yang menjadi bagian dalam pendukung baik atau tidaknya sebuah organisasi beberapa diantaranya yakni Motivasi,iklim komunikasi organisasi,aliran komunikasi dalam organisasi,teknologi informasi dalam organisasi,tim dan kelompok,konflik dalam komunikasi organisasi,perubahan individu dan system,dan lain sebagianya.Dan hal yang sangat penting untuk mewujudkan segalanya agar tekomunikasikan dan terorganisasi dengan baik dan merata ialah adanya seorang pemimpin yang mampu membawa organisasi yang dipimpinnya menjadi lebih baik dan sukses.
            Dalam suatu organisasi kita memerlukan suatu karakter pemimpin yang patut memberi contoh bagi bawahannya untuk memberikan motivasi,mengeluarkan keputusan yang arif,mengusahakan segala yang baik untuk seluruh anggota organisasi demi menunjang kinerja suatu organisasi,menengahi konflik,menciptakan perubahan-perubahan yang semakin baik untuk organisasinya,dan sebagainya.Oleh karena betapa peliknya tugas seorang pemimpin yang baik maka ia bukan hanya harus mempertanggung jawabkan apa yang ia kerjakan kepada khalayak namun juga kepada Allah SWT.Dalam akidah Islam sendiri telah diajarkan bagaimana sebaiknya menjadi seorang pemimpin atau penguasa yang tidak hanya berhasil didunia namun juga akhirat.
            Oleh karena hal ini kami akan membahas mengenai bagaimana menjadi pemimpinan yang berhasil dalam komunikasi organisasi dan juga dimata Islam.

  1. Rumusan Masalah
Bertitik tolak pada latar belakang masalah diatas.Maka permasalahan yang timbul adalah sbagai berikut :
A.    Apakah pengertian kepemimpinan,tujuan serta tugas seorang pemimpin dalam?
B.     Apakah fungsi kepemimpinan?
C.     Apakah kharakteristik pemimpin yang berwibawa?

  1. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yakni untuk menambah pengetahuan mengenai bagaimana menjadi pemimpin yang berhasil dalam komunikasi organisasi namun tetap berjalan pada ketentuan agama Islam.







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tujuan kepemimpinan Dan Tugas pemimpin
Dalam komunikasi organisasi tujuan kepemimpinan adalah membantu orang untuk menegakkan kembali, mempertahankan dan meningkatkna motivasi mereka,atau dalam Islam Pemimpin adalah orang yang ditugasi atau diberi amanah untuk mengurusi permasalahan ummat, baik dalam lingkup jamaah (kelompok) maupun sampai kepada urusan pemerintahan, serta memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat dengan memberikan perhatian yang lebih dalam upaya mensejahterakan ummatnya, bukan sebaliknya, mempergunakan kekuasaan dan jabatan untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada, baik SDM maupun SDA, hanya untuk pemuasan kepentingan pribadi (ananiyah) dan kaum kerabatnya atau kelompoknya (ashobiyah).
Dituturkan dari ‘Aisyah r.a (yang) berkata,





“ Saya mendengar Rasulullah Saw.bersabda di rumahku ini,”Ya Allah,barang siapa yang diberi kekuasan untuk mengusrusi suatu urusan umatku,dan kemudian ia mempersulit mereka,maka sulitkanlah baginya.dan barang siapa yang diberi kekuasaan untuk mengurusi sesuatu dari urusan umatku,dan kemudian dia mempermudah mereka,maka mudahkanlah baginya.”
                                                                                                (Muslim)

B.     Fungsi kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok/oreganisasinya.
Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya.
Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi sebagai berikut :
1.      Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
2.      Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.
Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah :
a. Fungsi Instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya pada orang-orang yang dipimpinnya.
Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan tidak akan ada artinya tanpa kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannya menjadi instruksi/perintah. Selanjutnya perintah tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan. Oleh karena itu  sejalan dengan pengertian kepemimpinan, intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkan. Dan untuk mewujudkan kelancaran kerja adakalanya orang-orang yang dipimpin melaksanakannya apabila dirasa baik bagi organisasi.
Dituturkan dari Abu Hurairah r.a (yang) berkata (bahwasanya) Rasulullah Saw.bersabda,


“kalian harus senantiasa mendengar dan taat kepada pemimpin kalian,baik dalam hal yang menyulitkan,memudahkan,menyenangkan,dan menjemukan kalian serta meski dia tidak memedulikan kalian”
                                                                                             (Muslim)

b. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini berlansung dan bersifat komunikasi dua arah , meliputi pelaksanaannya sangat tergantung pada pihak pimpinan. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukan secara terbatas hanya dengan orang-orang tertentu saja, yang dinilainya mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan.
Dituturkan dari A’isyah r.a (yang) berkata (bahwasanya) Rasulullah Saw.bersabda,




“Manakala Allah menghendaki kebajikan kepada seorang penguasa,maka Allah menjadikan baginya menteri (pembantu) yang jujur.Manakala penguasa itu lupa maka ia akan mengingatkannya dan manakala Allah tidak menghendaki yang demikian itu,maka Allah menjadikan baginya menteri (pembantu) yang jahat.Manakala penguasa itu lupa,maka dia tidak mau mengingatkannya dan manakala penguasa itu sadar maka dia tidak mau membantunya”
                                                                                             (Abu Dawud)
Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa impan balik (feed Back) yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlansung efektif. Fungsi konsultatif ini mengharuskan pimpinan belajar menjadi pendengar yang baik, yang biasanya tidak mudah melaksanakannya, mengingat pemimpin lebih banyak menjalankan peranan sebagai pihak yang didengarkan. Untuk itu pemimpin harus meyakinkan dirinya bahwa dari siapa pun juga selalu mungkin diperoleh gagasan, aspirasi, saran yang konstruktif bagi pengembangan kepemimpinanya.
c. Fungsi Partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan sesama orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya.
Fungsi partisipasi hanya akan terwujud jika pemimpin mengembangkan komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat, gagasan dan pandangan dalam memecahkan masalah-masalah, yang bagi pimpinan akan dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan-keputusan.sehubungan dengan itu musyawarah menjadi penting, baik yang dilakukan melalui rapat-rapat mapun saling mengunjungi pada setiap kesempatan yang ada.musyawarah sebagai kesempatan berpartisipasi, harus dilanjutkan berupa partisipasi  dalam berbagai kegiatan melaksanakan program organisasi.

d. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan limpahan wewenang membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasi dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan, pemimpin harus bersedia dapat mempercayai orang-orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila diberi pelimpahan wewenang. Sedang penerima delegasi harus mampu memelihara kepercayaan itu, dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.
Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan perkembangan kelompoknya tidak mungkin diwujudkannya sendiri. Pemimpin seorang diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama sekali. Oleh karena itu sebagian wewenangnya perlu didelegasikan pada para pembantunya, agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
e. Fungsi Pengendalian
Fungsi  pengendalian     merupakan  fungsi kontrol. Fungsi ini cenderung bersifat satu arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi secara dua arah. Fungsi pengendalian  bermaksud  bahwa kepemimpinan   yang       sukses  atau efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota kelompok/organisasinya.
C.    Tipe tipe kepemimpinan
Tipe-tipe Kepemimpinan :
1. Tipe Otokratik
Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalambentuk :
·  kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalamorganisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka
·  pengutmaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
·  Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Dituturkan dari ’Aidz bin ’Amr r.a bahwa (suatu saat) dia mendatangi ’Ubaidillah bin Ziyad dan berkata,





”Wahai anakku,sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw.Bersabda,”Sungguh pemimpin yang paling jahat adalah pemimpin yang zalim.karena itu,jangan sampai engkau termasuk golongan mereka”
                                                                        (Al-Bukhari dan Muslim)

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
·         menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
·         dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
·         bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
·         menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris.Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.
Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat.Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru.Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
     3. Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik.Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar.Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
4. Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasiakan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.





“Tiada seorang penguasa yang menguasai pelbagai urusan kaum muslim,kemudian dia tidak memberi nasihat kepada mereka,melainkan dia tidak akan masuk surga bersama mereka”
(Muslim)

Karakteristik dan gaya kepemimpinan tipe ini adalah :
·  pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif
·  pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya langsung.
·  Status quo organisasional tidak terganggu
·  Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindah yang inovatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.
·  Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalamorganisasi berada pada tingkat yang minimum.



4. Tipe Demokratik
            Dituturkan dari ’Abdullah bin ’Amr bin Al-’Ash r.a (yang) berkata (bahwasanya) Rasulullah.bersabda,



”Sungguh,oramg-orang yang berlaku adil kelak di sisi Allah berada diatas mimbar dari cahaya.Mereka adalah orang-orang yang melaksanakan keadilan dalam memberikan hukuman kepada keluarga mereka dan rakyat yang mereka perintah”
                                                                                                (Muslim)
·         Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
·         Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
·         Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
·         Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia
·         Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.
D.    Kewibawaan pemimpin
Beberapa ahli menyebutkan 5 sumber kewibawaan, yaitu:
1.      Coersive power (kewibawaan karena mampu memaksa)
2.      Reward power (kewibawaan karena mampu memberi imbalan)
3.      Legitimate power (kewibawaan karena wewenang formal)
4.      Referent power (kewibawaan karena pengaruh hubungan dalam kelompok)
5.      Expert power (kewibawaan karena keahlian)
Sedangkan kriteria pemimpin yang berwibawa dalam Islam sendiri yakni harus memiliki :
1. Faktor Keulamaan
2. Faktor Intelektual (Kecerdasan)
3. Faktor Kepeloporan
4. Faktor Keteladanan
5. Faktor Manajerial (Management)



















BAB III
KESIMPULAN
Kepemimpinan yang efektif akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok/oreganisasinya.
Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya.
Rasulullah SAW merupakan uswatun hasanah atau suri tauladan yang baik bagi umatnya. Beliau banyak memberikan contoh-contoh dalam hadistnya sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana. Menjadi pemimpin yang adil dalam sebuah organisasi memang tidak mudah, namun apabila mengikuti sunnah rasul melalui hadistnya kita akan dibimbing dalam petunjuknya menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana. Baik dalam sebuah organisasi besar ataupun yang terkecil seperti keluarga membutuhkan manajemen dan kepemimpinan yang adil dalam setiap pemberian keputusan. 

Selasa, 17 Mei 2011

psikologi komunikasi : rasa malas dalam diri

   BAB 1
PENDAHULUAN



Latar belakang

Malas sejatinya merupakan sejenis penyakit mental. Siapa pun yang dihinggapi rasa malas akan kacau kinerjanya dan ini jelas-jelas sangat merugikan. Sukses dalam karir, bisnis, dan kehidupan umumnya tidak pernah datang pada orang yang malas. Rasa malas juga menggambarkan hilangnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan atau apa yang sesungguhnya dia inginkan. Menurut (Edy Zaqeus: 2008) Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban,dll. Pendapat lain menyebutkan bahwa malas juga merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang merugikan. Pasalnya pengaruh malas ini cukup besar terhadap produktivitas. Karena malas, seseorang seringkali tidak produktif bahkan mengalami stag. Badan terasa lesu, semangat dan gairah menurun, ide pun tak mengalir. Akibatnya tidak ada kekuatan apapun yang membuat Anda bisa bekerja. Kalau dibiarkan saja, penyakit malas ini akan semakin parah

Pada era globalisasi, perilaku malas sangat merugikan. Sebab, pada era ini berlaku nilai siapa yang mampu dan produktif, dialah yang akan berhasil. Tapi tentu saja, perilaku ini bukanlah kartu mati yang tidak bisa diubah. Menurut pakar psikologi, seseorang berperilaku malas terhadap pekerjaan atau suatu kegiatan disebabkan karena dia tidak memiliki motivasi yang kuat setiap kali mengerjakan sesuatu. Seorang yang malas bekerja, motivasinya terhadap pekerjaan tersebut sangat rendah. Sikapnya terhadap pekerjaan itu cenderung negatif akibat persepsi yang diberikannya terhadap pekerjaan itu kurang baik. Ini lantaran sistem nilai yang ada dalam dirinya membuat dia berperilaku malas untuk melakukan pekerjaan itu. Sementara terhadap pekerjaan lainnya mungkin tidak begitu. Penyakit malas merupakan penyakit yang sangat mengerikan, selain kita tidak produktif penyakit malas ini akan menimbulkan gejala-gejala psikologi yang membuat orang tidak mampu mengembangkan potensi dirinya, tingkat penyakit malas ini mungkin bervariasi mulai dari yang hanya malas untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan sampai malas tingkat akhir yaitu malas untuk ngapa-ngapain.

Belajar dari sangkuriang yang dapat mengerjakan sesuatu dalam satu malam dapat membuat orang bisa menyelesaikan tugas dalam kondisi terjepet, ide-ide pun akan muncul dengan sendirinya tapi apabila penyakit malas ini menghinggapi akan musnahlah semua kondisi tersebut, kondisi dimana kita bisa memaxsimalkan semua potensi kita untuk mengerjakan sesuatu



RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana rasa malas mempengaruhi kebiasaan manusia dan apa kaitanya dengan prinsip psikologi komunikasi ?

2.      Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahn tersebut menurut prespektif psikologi komunikasi ?

TUJUAN
Agar pembaca bisa mengatasi rasa malas yang sering menjadi permasalahan utama dalam setiap aktifitas







BAB II
       ANALISIS

Masalah kemalasan dalam diri manusia
Perilaku malas adalah sebuah bentukan. Artinya, perilaku itu bisa dibentuk kembali menjadi baik atau tidak malas. Pembentukan kembali perilaku seseorang tadi sebetulnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, bisa orang tua, teman, atau orang lain di sekitarnya. jadi, dalam mengubah perilaku seseorang, yang paling mendasar adalah mengubah persepsinya. Untuk itu, perlu mempelajari dan mengambil sistem nilai yang bisa mengubah persepsinya atau memberikan sistem nilai lain yang baru baginya.
Menurut Dollard & Miller, psikolog asal AS, perilaku manusia terbentuk karena faktor ‘kebiasaan’1. Jika seseorang terbiasa bersikap rajin dan bersemangat maka ia akan selalu rajin dan bersemangat, begitu juga sebaliknya. Sehingga jika Anda tergolong pemalas, jalan untuk merubahnya adalah dengan membiasakan diri untuk melawan sikap malas. Dollard & Miller menambahkan, ‘teori belajar’ juga cocok untuk merubah sikap malas. Belajar disini dijabarkan ‘memberikan stimulus (rangsangan) agar terbentuk respons sehingga menimbulkan drive atau dorongan untuk berperilaku. Dan kalau berhasil, Anda akan mendapatkan imbalan.
 Rasa malas jelas merugikan. Obat mujarabnya adalah menumbuhkan kebiasaan disiplin diri dan menjaga kebiasaan positif tersebut. Sekalipun seseorang memiliki cita-cita atau impian yang besar, jika kemalasannya mudah muncul, maka cita-cita atau impian besar itu akan tetap tinggal di alam impian. Memang tidak semudah mengatakan menumbuhkan kebiasaan. Kenyataanya orang yang terkena penyakit malas justru tidak akan mau melakukan apapun.


1 wikipedia.com/tokohpsikologi

Hubungan psikologi dengan rasa malas
Komunikasi sangat esensial untuk pertumbuhan kepribadian manusia. Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian. Komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia. Dalam sejarah perkembangannya komunikasi memang dibesaran oleh para peneliti psikologi. Bapak Ilmu Komunikasi yang disebut Wilbur Schramm adalah sarjana psikologi. Kurt Lewin adalah ahli psikologi dinamika kelompok. Komunikasi bukan subdisiplin dari psikologi. Sebagai ilmu, komunikasi dipelajari bermacam-macam disiplin ilmu, antara lain sosiologi dan psikologi.
Hovland, Janis, dan Kelly, semuanya psikolog, mendefinisikan komunikasi sebagai ”the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience)2. Dance mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha “menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal.”
Kamus psikologi, menyebutkan enam pengertian komunikasi.
1. Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.
2. Penyampaian atau penerimaan sinyal atau pesan oleh organisme.
3. Pesan yang disampaikan
4. (Teori Komunikasi) Proses yang dilakukan satu sistem yang lain melalui pengaturan sinyal-sinyal yang disampaikan.
5. (K.Lewin) Pengaruh suatu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan peribahan yang berkaitan pada wilayah lain.
6. Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.
Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikasi, psikologi memberikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya : Apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam memengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak?

2Jalaludin rahmat, psikologi komunikasi bab1, rosda,  2001
Psikologi juga tertarik pada komunikasi diantara individu : bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu lainnya. Komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur, atau memengaruhi. Persuasif sendiri dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologis.
Penggunaan Psikologi Komunikasi
Tanda-tanda komunikasi efektif menimbulkan lima hal :
1. Pengertian : Penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator
2. Kesenangan : Komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan.
3. Mempengaruhi sikap : Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan menimbulkan efek pada komunikate. Persuasi didefiniksikan sebagai ”proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
4. Hubungan sosial yang baik : manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham Maslow menyebutnya dengan ”kebutuhan akan cinta” atau ”belongingness”. William Schutz merinci kebuthan dalam tiga hal : kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengar orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), cinta serta rasa kasih sayang (affection).
5. Tindakan : Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dihendaki. Menimbukan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tidakan, kita harus berhasil lebih dulu menanamkan pengertian, membentuk dan menguhan sikap, atau menumbukan hubungan yang baik.

                                                                   


Menurut beberapa sumber, malas adalah rasa ketidakinginan seseorang untuk melakukan sesuatu baik yang sudah menjadi rutinitasnya ataupun yang menjadi aktivitas sekali-kali dengan berbagai penyebab. Yang dimaksudkan ketidakinginan disini adalah kita tidak mau melakukan sesuatu yang seharusnya kita lakukan. Rasa malas seharusnya seharusnya tidak ada dalam kehidupan kita. Karena rasa malas hanya akan membuang waktu kita karena dengan waktu tersebut kita tidak menghasilkan apa-apa. penyebab yang menjadikan newsfriend malas. Secara teori penyebab rasa malas itu disebabkan karena dua faktor, yaitu faktor intern (sangat berbahaya) dan faktor ekstern. Yang paling sulit diatasi adalah faktor yang timbul dari sendiri, artinya kalau rasa malas itu ada, dimotivasi sebesar apapun oleh orang lain, sulit untuk mengembalikan ke kondisi awal.
Siapa pun bisa terkena penyakit Malas. Dari pelajar, mahasiswa, hingga karyawan, ibu rumah tangga, bahkan pengangguran sekalipun. Malas dalam psikologi sudah dimasukkan sebagai salah satu bentuk perilaku. Menunda pekerjaan atau menyelesaikan tugas tapi tidak sesuai waktu yang sudah ditetapkan saja sudah bisa disebut perilaku malas. Muara perilaku ini sudah tentu penurunan produktivitas yang bersangkutan. Kabar baiknya, perilaku ini bukanlah kartu mati yang tidak bisa diubah.
Seseorang bisa berperilaku malas terhadap suatu pekerjaan atau kegiatan karena dia tidak memiliki motivasi untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan itu. Dalam psikologi, seseorang berperilaku tertentu karena adanya energi yang mendorongnya untuk berperilaku. Energi inilah yang disebut motivasi, yakni hal yang mendorong seseorang bertingkah laku mencapai suatu tujuan2.
Motivasi dipengaruhi oleh suatu sikap yang terdapat dalam diri orang itu. Sikap yang bisa positif atau negatif itu timbul lantaran adanya persepsi atau pemberian makna terhadap suatu objek atau peristiwa. Persepsi atau pemberian makna tersebut ditentukan oleh suatu sistem nilai, yakni suatu patokan untuk berperilaku yang berlaku pada suatu lingkungan tertentu. Sistem nilai yang tertanam dalam diri seseorang ini dipengaruhi oleh budaya, masyarakat, dan orang tua.
Salah satu etnis di Indonesia terkenal rajin dan serius dalam bekerja. Perilaku ini muncul lantaran mereka memiliki suatu sistem nilai bahwa kalau ingin hidup layak, mereka harus bekerja keras. Sistem nilai itu telah ditanamkan oleh orang tua sejak kecil dalam perilaku sehari-hari, baik dalam memarahi, memberi nasihat, atau memberi suatu contoh. Lingkungan budaya etnis ini juga memberikan teladan. Mereka yang hidup layak ya karena mereka bekerja keras. Sebaliknya, yang hidupnya berkekurangan lantaran tidak mau bekerja keras.
Pada budaya kantor, karyawan yang “menganut” nilai RMS (rajin malas sama saja) bakal menjadi malas melakukan tugasnya. Akan tetapi berbanding terbalik ketika ia bekerja pada kantor yang nilai profesionalismenya dijunjung tinggi. Prinsip ‘Jika kamu bekerja baik, imbalannya akan baik. Jika kamu tidak bekerja baik atau prestasi rendah, imbalannya juga rendah, kalau perlu di-PHK’ tentu akan memberikan motivasi positif dalam pekerjaannya.

Kalau seseorang malas terhadap suatu pekerjaan, artinya motivasi dia terhadap pekerjaan tersebut sangat rendah. Sikapnya terhadap pekerjaan itu negatif akibat persepsi yang diberikannya terhadap pekerjaan itu kurang baik. Ini lantaran sistem nilai yang ada dalam dirinya membuat dia berperilaku malas untuk melakukan pekerjaan itu. Sementara terhadap pekerjaan lainnya mungkin tidak begitu. Jadi, perilaku malas merupakan hasil suatu bentukan. Artinya, perilaku itu bisa dibentuk kembali menjadi baik atau tidak malas.
Pembentukan kembali perilaku seseorang tadi sebetulnya sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya, bisa orang tua, teman, atau orang lain di sekitarnya. Lingkungan yang bisa memberi pengaruh lebih kuatlah yang bisa membentuk seseorang. Dalam mengubah perilaku seseorang, yang paling mendasar adalah mengubah persepsinya. Untuk itu, perlu mempelajari dan mengambil sistem nilainya yang bisa mengubah persepsinya atau memberikan sistem nilai lain yang baru baginya.3





3jurusankomunikasi.blogspot.com/2009
         BAB III
       PENUTUP
Lalu bagaimana cara mengurangi atau mengatasi penyakit malas? Berikut ini adalah solusinya sebagai berikut :

1.MEMBUAT TUJUAN
Orang yang malas biasanya TIDAK MEMILIKI MOTIVASI untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik. Sementara orang yang tidak memiliki motivasi biasanya TIDAK MEMILIKI TUJUAN HIDUP yang pantas dan layak untuk diraih. Dan orang yang tidak memiliki tujuan-tujuan hidup, biasanya sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah menuliskan resolusi atau komitmen pencapaian hidup.

Tanpa tujuan, resolusi, atau komitmen-komitmen pencapaian hidup, maka seseorang hanya bergerak secara naluriah dan sangat rentan diombang-ambingkan situasi di sekelilingnya. Posisi seperti ini membuatnya menjadi pasif, menunggu, TERGANTUNG PADA SITUASI, dan cenderung menyerah pada nasib. Tidak adanya sumber-sumber motivasi hidup menyebabkan kemalasan. Supaya motivasi muncul, seseorang harus berani memutuskan tujuan hidupnya.

2. MENGASAH KEMAMPUAN
Orang yang memiliki tujuan-tujuan hidup yang pasti, membuat resolusi dan komitmen-komitmen pencapaian biasanya memiliki motivasi tinggi. Akan lebih baik lagi jika tujuan dilengkapi dengan AKTIVITAS PEMBELAJARAN, seperti mencari cara yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan tersebut. Kita juga perlu mengasah kemampuan secara berkala supaya langkah yang diambil itu akan membawa kita pada pencapaian tujuan.

Contoh : jika pada tahun yang sudah ditargetkan kita ingin menjadi konsultan, maka sejak sekarang aktivitas kita sudah harus difokuskan ke arah tujuan tersebut. Kita harus terus mengasah kemampuan mendiagnosa masalah, menemukan penyebab, menganalisis, mengkomunikasikan gagasan, menawarkan solusi, dan memperbaiki kemampuan presentasi.


Jika aktivitas-aktivitas pembelajaran itu dilakukan secara konsisten dan dengan komitmen sepenuhnya, maka kita telah berada di JALUR YANG BENAR. Kemampuan kita dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah juga akan meningkat. Dengan sendirinya ini akan semakin memperkuat rasa percaya diri kita, menebalkan komitmen pencapaian tujuan, dan tentu saja menumbuhkan semangat.

Sebaliknya, jika kita sama sekali menolak aktivitas-aktivitas pembelajaran, komitmen akan semakin melemah, semangat turun, dan kemalasan akan datang dengan cepat. Pada titik ini, tujuan-tujuan, resolusi atau komitmen yang sudah kita buat sudah tidak memiliki arti lagi. Sayang sekali.

3. PERGAULAN DINAMIS
Para pemenang berkumpul dengan sesama pemenang, sementara para pecundang cenderung berkumpul dengan sesama pecundang. Ungkapan tersebut mengandung kebenaran. Sulit sekali bagi seorang pemalas untuk hidup di lingkungan para pemenang. Sulit bagi orang malas untuk berada secara nyaman di tengah-tengah orang yang sangat optimis, sibuk, giat bekerja, dan bersemangat mengejar prestasi. Demikian sebaliknya. Sulit sekali bagi para high achiever untuk betah berlama-lama dengan para orang malas dan pesimistik.

Situasi atau lingkungan di mana kita berada sungguh ada pengaruhnya. Orang yang mulai dihinggapi rasa malas sangat dianjurkan agar menjauhi mereka yang juga mulai diserang kebosanan, putus asa, rasa enggan, apalagi negative thinking. Sepintas, berkeluh kesah dengan mereka dengan orang-orang seperti itu dapat melegakan hati. Ada semacam rasa pelepasan dari belenggu psikologis. Walau demikian, dalam situasi malas sedang menyerang, mendekati orang-orang yang sedang down sama sekali tidak menolong satu sama lain.

Jika rasa malas mulai menyerbu kita, jangan berlama-lama duduk berdiam diri. Cara paling ampuh menghilangkan kemalasan adalah bangkit berdiri dan menghampiri orang-orang yang sedang tekun dan bersemangat melakukan sesuatu. Manusia-manusia optimis, self-motivated, punya ambisi, positive thinking, dan memiliki tujuan hidup pasti, umumnya MEMANCARKAN AURA POSITIF kepada apa pun dan siapa pun di ekelilingnya. Pancaran optimisme dan semangat itulah yang bisa menginspirasi orang lain, bahkan menularkan semangat yang sama sehingga orang lain jadi ikut tergerak.


4. DISIPLIN DIRI
Jika kita mau bersikap keras dan disiplin pada diri sendiri, maka banyak hal akan bisa kita kerjakan dengan baik. Bayangkan, bagaimana seorang atlet bisa menjadi juara jika dia tidak disiplin berlatih dengan tekun ? Bagaimana mungkin ada pekerja profesional yang bagus karirnya jika dia sering mangkir atau bolos kerja ?

Sebaliknya, jika kita terlalu lunak atau memanjakan diri sendiri, memelihara kemalasan, mentolerir kinerja buruk, tidak merasa bersalah jika lalai atau gagal dalam tugas, maka dunia luar akan sangat tidak bersahabat. Olahragawan yang manja pasti tidak akan pernah jadi juara. Seorang sales yang malas tidak akan pernah besar penjualannya. Jika Anda lunak pada diri sendiri, maka dunia akan keras pada Anda.

Rasa malas jelas merugikan. Obat mujarabnya adalah menumbuhkanKEBIASAAN MENDISIPLINKAN DIRI dan menjaga kebiasaan positif tersebut. Sekalipun seseorang memiliki cita-cita atau impian yang besar, jika kemalasannya mudah muncul, maka cita-cita atau impian besar itu akan tetap tinggal di alam impian. Jadi, kalau Anda ingin sukses, jangan mempermudah munculnya rasa malas.

komunikasi antarpribadi : KETERLIBATAN INTERAKSI

keterlibatan interaksi didefinisikan sebagai sejauh mana peserta individu dalam lingkungan sosialnya memerlukan individu menyadari pemikiran sendiri tentang pesanpesan dari oranglain serta memperhatikan arti kemungkinan orang lain berniat untuk pesan mereka. itu juga berarti menanggapi pesan tersebut dalam cara yang tepat afektif. karena itu, keterlibatan interaksi adalah elemen mendasar dari komunikasi interpersonal yang kompeten. entri ini menggambarkan komponen keterlibataninteraksi dan bagaimana hal ini berhubungan dengan komunikasi interpersonal.
konsep keterlibatan interaksi didasarkan pada karya awal Erving Goffman. antara ide-ide penting lainnya, Goffman mengamati bahwa masyarakat interpersonal diatur olehmakna dan interpretasi orang atribut untuk aksi sosial, pola perilaku verbal dan non verbal yang mengekspresikan pandangan yang situasi dan evaluasi peserta, termasukdiri. seperti tampilan comunications menggarisbawahi realitas masyarakatinterpersonal sangat rapuh, dimana tindakan yang tak diinginkan sekecil Berpotensidapat merobek sebuah kain tenunan sosial hati-hati dan secara signifikanmempengaruhi bagaimana seseorang melihat hubungan antara peserta dan realitas dari apa yang terjadi pada saat tertentu. demikian, pengertian kolektif realitas sosialberdasarkan interaksi ditopang oleh setiap orang yang dianggap bertanggung jawabuntuk mengatur aliran peristiwa komunikatif.
konsisten dengan pemandangan kontemporer sebagian besar kompetensi komunikasiinterpersonal, ide sentral dari keterlibatan interaksi adalah kemampuan individu untukmengatur aliran peristiwa komunikatif. berdasarkan Goffman, keterlibatan interaksiterdiri dari tiga komponen yang terkait, perhatian, Perceptiveness, dan responsif.
perhatian adalah yang paling dasar dari keterlibatan interaksi. itu berkaitan denganperhatian individu untuk sumber visual dan auditori informasi dalam waktu dekat sosial lingkungan. misalnya, perhatian mencakup mendengarkan dengan cermat apa yang lainnya mengatakan, dengan memperhatikan apa yang tampaknya menjadi signifikan isyarat non verbal, dan menjaga fokus pada kegiatan sosial saat merekaberevolusi. Goffman catatan beberapa cara di mana individu mungkin menjadi lalai selama interaksi sosial. misalnya, salah satu cara yang paling umum adalah untuk menjadi sibuk dengan sesuatu yang tidak terkait dengan percakapan hadiah lain adalah terlalu fokus pada beberapa aspek pembicaraan ke titik bahwa hal-hal pentinglainnya adalah malkan atau hanya sebagian diproses
penelitian tentang keterlibatan interaksi telah umumnya diambil dua jalan. di set studitelah memeriksa berbagai kognitif / aspek afektif dari orang-orang yang tinggi danrendah dalam keterlibatan interaksi, sementara yang lain mengatur studi telah menelitiperilaku verbal dan nonverbal komunikator yang bervariasi dalam keterlibatan interaksimereka. antara lain, telah dilaporkan bahwa orang yang terlibat tinggi, dibandingkandengan individu yang terlibat rendah, memiliki harga diri yang lebih tinggi, lebihemosional stabil, umumnya lebih banyak pengalaman positif dan kurang mood negatif,dan memiliki kompetensi tinggi komunikasi melaporkan diri. penelitian baris keduamemiliki, mengungkapkan beberapa diamati, perbedaan antara individu yang terlibattinggi dan rendah. satu penelitian menemukan bahwa komunikator terlibat tinggi lebihmampu mendapatkan informasi sensitif dari lain dengan kehilangan muka minimal.Studi lain menunjukkan bahwa orang yang terlibat menggunakan bahasa yang lebihtinggi immidiate, berbicara dengan kepastian yang lebih besar, dan menggunakanreferensi prounon lebih relasional dalam komunikasi interpersonal mereka kemudianrekan-rekan mereka yang rendah terlibat lakukan. penelitian lain mengungkapkanbahwa coomunicators terlibat rendah sering respon terhadap ucapan-ucapanpercakapan pasangan mereka pada tingkat permukaan teks, yang berarti bahwatanggapan mereka kurang kompleks, kurang diuraikan, dan kurang kemungkinan untuk memperluas topik pembicaraan dengan cara yang bermakna.
perhatian pada aliran komunikatif acara adalah condicition diperlukan, tetapi tidak cukup, untuk memantau memadaiurutan ekspresif. kita juga harus menunjukkan Perceptiveness, dalam kesadaran katalain makna / interpretasi lain memiliki tempat pada perilaku orang-orang dan apa arti /penafsiran satu mungkin harus terjadi pada perilaku mereka. perceptiviness pada dasarnya adalah yang kemampuan untuk menentukan dan intergate makna yang terkaitdengan diri dan lainnya dan umumnya memahami whats yang terjadi di pertemuansosial tertentu. contoh perceptiviness termasuk mencurigai bahwa seseorang itu berbohong, memahami apa kebutuhan emosional yang lain, dan menyadari bahwa seseorang telah bersikap tidak tepat atau setidaknya banyak telah dilihat seperti ituoleh lain
Dua komponen pertama dari keterlibatan dan perhatian interaksi Perceptivenessberada dalam domain kognitif / afektif. komponen ketiga, tanggap terletak dalamdomain perilaku. itu adalah concerd dengan kemampuan individu untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial secara langsung dengan mengetahui apa yang harusdikatakan dan kapan mengatakannya. sebagai responsiveneess tersebut penting untukgagasan Goffman tindakan sosial, pola perilaku verbal dan nonverbal yang merupakanurutan ekspresif penting untuk dicatat bahwa penelitian tentang keterlibatan interaksi telah didasarkanpada skala reporttrait diri. sementara sebagian dari hipotesis penelitian telah didukungsekitar keterlibatan interaksi, menentukan dalam mode atraitlike telah membatasipemahaman tentang bagaimana keterlibatan pengaruh komunikasi dengan cara,berlangsung dinamis. misalnya, pendekatan sifat menekankan bagaimana orang-orang yang khas tinggi atau rendah dalam keterlibatan interaksi cenderung berperilaku, tetapiitu tidak terlalu informatif tentang individu yang kurang ekstrim atau bagaimana ataumengapa individu keterlibatan interaksi bervariasi selama percakapan yang diberikan.pemantauan online seperti keterlibatan interaksi individu pose dan utama metodologischalange yang tidak mungkin diatasi dalam waktu dekat