Jumat, 03 Juni 2011

psikologi : teori behaviorisme dan terhadapa perubahan lingkungan

Sikap pelit pengguna mobil mewah

Bandarlampung (ANTARA)- Pengendara mobil bermesin cc besar di Bandarlampung enggan menggunakan pertamax setelah harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi itu kembali naik dari Rp9.350/liter menjadi Rp9.550/liter.
Berdasarkan pantauan di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Bandarlampung, Senin, pengendara mobil mewah kini mulai banyak mengisi tangki kendaraannya dengan premium, meski di halaman SPBU itu terpampang spanduk yang menganjurkan penggunaan pertamax.
Misalnya di SPBU di kawasan Terminal Rajabasa Bandarlampung, mobil bermesin besar diatas 2.000 cc juga mengantre di tempat pengisian premium bersama mobil bermesin kecil lainnya.
Di SPBU di kawasan Perumnas Wayhalim Bandarlampung juga terjadi hal yang sama, yakni kendaraan pribadi bermesin besar makin enggan menggunakan pertamax dan mereka memilih menggunakan premium.
Kenaikan harga pertamax juga berdampak terhadap sebagian pengendara motor. Jika sebelumnya mereka menggunakan pertamax agar daya mesin motornya lebih besar, kini menggunakan premium karena harganya lebih terjangkau.
"Harga pertamax mahal sekali. Dulu saya pakai pertamax, sekarang tidak lagi. Sekarang ini mobil mewah pun kini pakai premium," kata Mino, salah satu pengendara motor.
Ia menyebutkan menghabiskan dana Rp15.000 membeli premium untuk keperluan seminggu.
"Kalau beli pertamax, tidak sampai 2 liter," katanya.
Penjualan pertamax di sejumlah SPBU umumnya mengalami penurunan pascakenaikan harga BBM itu.
"Sejak kenaikan harga, penjualan pertamax di SPBU ini menurun," kata pengawas SPBU Telukbetung, Agus.
Ia mengatakan, penurunan akibat mahalnya harga pertamax sehingga banyak masyarakat beralih ke premium. 
"Harga pertamax terlalu mahal, jadi masyarakat yang biasa menggunakan pertamax sekarang beralih ke premium," katanya. 
Sebelumnya, Kepala BPH Migas Tubagus Haryono mengatakan konsumsi pertamax dan pertamax plus pada periode Januari-Maret 2011 mencapai 24.837 kiloliter atau turun 37,65 persen dibandingkan pada periode sama 2010 hanya 39.837 kiloliter.
Menurut dia, semakin tingginya harga pertamax membuat konsumsi cenderung turun.




TEORI BEHAVIORISME

Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus)1. Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.


Prinsip-prinsip teori behaviorisme

- Obyek psikologi adalah tingkah laku

- semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek

- mementingkan pembentukan kebiasaan

                                                                                                                                                                                  
1Jurusankomunikasi.blogspot.com
Aristoteles berpendapat bahwa pada watu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, seperti sebuah meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman. Menurut John Locke(1632-1704), salah satu tokoh empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai ”warna mental”. Warna ini didapat dari pengalaman.  Pengalaman adalah satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Idea dan pengetahuan adalah produk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu.

Kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, memandang manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencari kesenangan, dan menghindari penderitaan. Dalam utilitarianismem perilaku anusia tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan hedonisme dan utilitariansisme, maka itulah yang disebut dengan behaviorisme.

Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dala pembentukan perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apa pun dengan menciptakan lingkungan yang relevan.

Thorndike dan Watson, kaum behaviorisme berpendirian: organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman dan prilaku digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.

Edward Edward Lee Thorndike (1874-(1874-1949))

Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori belajar ini disebut teori “connectionism”. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Thorndike menemukan hukum-hukum. 

Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
Hukum latihan
Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat.
Hukum akibat
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak memuaskan.
Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936)

Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning)2. Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambak atau obyek yang punya makna (pelaziman klasik).
Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbale balik yang berkesinambungan antara kognitine perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.
Behaviorsime memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri individu, sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal. Perasaan dan pikiran orang tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul sebagai reaksi pada psikologi ”mentalistik”.


2asnaldi.multiply.com/journal/item/5
ANALISA
                                                                                                                                                       Dari berita diatas diketahui bahwa beberapa kendaraan bermotor besar lebih memilih menggunakan bahan bakar premium karena dipengaruhi faktor lingkungan. Masyarakat merasa rugi jika harus menggunakan bahan bakar non-subsidi karea harus mengeluarkan uang lebih banyak untung keperluan mereka. Dari semula Rp. 15.000 untuk 1 minggu bahan bakar non subsidi, sekarang menjadi Rp. 23.000 untuk kendaraan bermotor. Belum lagi bagi pengguna mobil-mobil mewah. Meski pemerintah menghimbau agar masyarakat kelas menengah keatas untuk membeli bahan bakar non-subsidi, nampaknya himbauan itu tak mampu membujuk masyarakat yang lebih memilih bahan bakar subsidi.
Teori behaviorisme mengajarkan bahwa perilaku manusia sangat terpengaruh pada lingkunganya. Dalam masyarakat modern sekarang ini lebih dikenal dengan media massa karena sebagian besar masyarakat kita memperoleh informasi dari media massa. Behaviorisme begitu terasa dengan kasus diatas, masyarakat berperilaku pelit karena faktor lingkungan. BBM non-subsidi yang naik memicu perasaan was was pada masyarakat menengah keatas untuk mencari jalan yang lebih baik bagi kehidupan mereka dengan cara berhemat. Perilaku seperti ini tak jarang berasal dari perasaan manusia itu sendiri untuk mencari jalan yang terbaik yaitu dengan ikut membeli BBM subsidi. Lingkungan yang mulai dirasa tidak nyaman membuat manusia selalu bergerak aktif. Jadi meskipun pemerintah menghimbau tidak menggunakan BBM bersubsidi, namun gaya hidup masyarakat hedonis yang cenderung pelit tidak akan merubah apapun.
Hendaknya kita sebagai masyarakat menengah keatas menyadari bahwa BBM bersubsidi adalah untuk rakyat miskin yang hidup serba kekurangan. Menyampingkan sikap egois dan mulai berpikir untuk kebersamaan bangsa ini adalah cara untuk menanggulangi masalah ini. Kita patut menyadari tidak semua manusia dapat hidup dengan layak. Oleh sebab itu, perlu adanya kesadaran dari masyarakat. Bila perlu pemerintah memberikan sanksi bagi para pengguna mobil ber cc besar untuk beralih ke BBM bersubsidi